RAP – Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Filariasis
A. FILARIASIS
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit kronis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, dan dapat menyebabkan kecacatan dan stigma. Penyakit ini merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Filariasis disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari serta menurunkan produktivitas. Penyakit Filariasis disebut juga dengan Elefentiasis, karena penderitanya sering mengalami bengkak di kaki yang sangat besar menyerupai kaki gajah.Orang terkena penyakit ini sering tidak dapat melakukan pekerjaan karena kecacatan mereka atau karena sebagian orang enggan berdekatan dengan mereka.
B. Riwayat Alamiah Penyakit Filariasis
1.Prepatogenesis
Pada filariasis, fase ini terjadi ketika seseorang digigit nyamuk yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya mengandung larva stadium 3 (L3). Masa prepaten, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia berkisar antara 37 bulan. Hanya sebagian saja dari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Nyamuk sendiri mendapat mikro filarial karena menghisap darah penderita atau dari hewan yang mengandung mikrofilaria. Nyamuk sebagai vektor menghisap darah penderita (mikrofilaremia) dan pada saat itu beberapa microfilaria ikut terhisap bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk. Dalam tubuh nyamuk microfilaria tidak berkembang biak tetapi hanya berubah bentuk dalam beberapa hari dari larva 1 sampai menjadi larva 3, karenanya diperlukan gigitan berulang kali untuk terjadinya infeksi. Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing dewasa jantan atau betina serta bekembang biak. Di sini faktor penyebab pertama belum menimbulkan penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi berkembangnya penyakit
2.Patogenesis
• Fase Inkubasi
Fase ini disebut juga dengan pre-symtomatic, dimana perubahan faali atau system dalam tubuh manusia (proses terjadinya sakit) telah terjadi, namun perubahan tersebut tidak cukup kuat untuk menimbulkan keluhan sakit dan pada umumnya pencarian pengobatan belum dilakukan. Akan tetapi jika dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat-alat kesehatan seperti pemeriksaan mikroskopis darah pada waktu malam hari, maka akan ditemukan mikrofilaria dalam tubuh mereka. Begitu pula jika meminum obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC)yang sedang digalakkan oleh pemerintah dalam program eliminasi penyakit kaki gajah, akan timbul efek samping seperti sakit kepala, sakit tulang atau otot, pusing, anoreksia, muntah, demam, dan alergi yang menandakan terdapat microfilaria dalam tubuh mereka.
•Fase Klinis
Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup untuk memunculkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Adapun gejala akut yang dapat terjadi antara lain:
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema) Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
• Pasca Patognesis
Merupakan tahap akhir dari fase klinis yang dapat berupa fase konvalesens (penyembuhan) dan meninggal. Fase konvalesens dapat berkembang menjadi sembuh total, sembuh dengan cacat atau gejala sisa (disabilitas atau sekuele). Filariasis dapat disembuhkan jika diobati sedini mungkin, namun jika tidak mendapatkan pengobatan dapat mengakibatkan Disabilitas (kecacatan/ketidakmampuan) karena terjadi penurunan fungsi sebagian struktur/organ tubuh, yaitu berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki sehingga menurunkan fungsi aktivitas seseorang secara keseluruhan.
C. Pencegahan dan Penanggulangan
a.Tindakan Pencegahan Primer
Tujuannya adalah untuk mengadakan intervensi sebelum terjadinya perubahan patologis pada host. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang filariasis, dan menciptakan lingkungan yang tidak memungkinkan vektor filariasis untuk berkembang biak.
b.Tindakan Pencegahan Sekunder
Tujuannya adalah untuk menyembuhkan atau menghentikan proses penyakit, mencegah penyebaran penularan penyakit, mencegah komplikasi dan gejala sisa serta memperpendek masa disabilitas. Usaha yang dilakukan adalah diagnosis dini, yaitu pemeriksaan mikroskopis darah, pengobatan segera, yaitu dengan konsumsi obat DEC. Dan untuk usaha disability limitation (pembatasan kecacatan) diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari sebagai pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian organ tubuh yang bengkak.
c.Tindakan Pencegahan Tersier
Tujuannya adalah untuk mengembalikan individu tersebut sehingga dapat hidup berguna di masyarakat dengan keadaan terbatas. Usaha yang dapat dilakukan adalah menyediakan sarana-sarana untuk pelatihan dan pendidikan di rumah sakit dan di tempat-tempat umum.
0 komentar:
Posting Komentar