PENYAKIT YANG TERMASUK DI DALAM PENYEBAB UTAMA KEMATIAN
1. PENYAKIT ATHEROKLEROSIS
v Faktor Risiko Aterosklerosis
Banyak faktor yang secara umum berkaitan dengan risiko peningkatan proses atheroklerosis, seperti kebiasaan merokok, kolesterol tinggi, penyakit DM, kegemukan, dan kekurangan olahraga.
Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan proses terjadinya aterosklerosis dapat dibagi atas:
1. Faktor yang tidak dapat diinterverensi
• Genetik/riwayat keluarga
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk terjadinya penyakit aterosklerosis. Alasan utama bahwa aterosklerosis merupakan penyakit komplek dengan faktor genetik dan lingkungan terlibat sebagai etiologi.
• Umur
Aterosklerosis merupakan penyakit yang mengikuti pertambahan umur dan seluruh faktor-faktor yang menyertainya, umur mempunyai hubungan yang kuat. Fatty streak muncul di aorta pada akhir faktor awal umur seseorang dan terdapat progresi pengerasan dari aterosklerosis pada sebagian besar arteri dengan bertambahnya umur.
• Jenis kelamin
Penyakit aterosklerotik secara umum sedikit terjadi pada perempuan, namun perbedaan tersebut menjadi sedikit menonjol pada faktor akhir terutama masa menopause. Hal ini dimungkinkan karena faktor esterogen bersifat sebagai pelindung. Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan metabolisme.
• Anatomi coronaria (percabangan anatomi coronaria dan collateralnya)
• Profil lipoprotein
• Faktor metabolik
2. Faktor risiko yang dapat diintervensi
• Rokok
Risiko penyakit jantung iskemik meningkat 3-5x lipat pada laki-laki usia faktor 5 yang merokok diatas 15 batang/hari. Terdapat beberapa bukti yang menyatakan bahwa risiko lebih berhubungan dengan jumlah batang rokok daripada lamanya merokok. Dan tidak ada bukti yang menyatakan rokok filter atau jenis yang lain mengurangi faktor risiko. Metaanalisis dari 18 studi epidemologis pada perokok pasif dapat meningkatkan risiko terjadinya ateosklerosis sebanyak 20-30 %, juga pada kanker faktor pernafasan dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan merokok.
• Hipertensi
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner dua kali lipat pada pasien hipertensi. Hipertensi kurang menunjukkan risiko penyakit jantung iskemik pada populasi risiko rendah seperti pada faktor berkembang, dimana hipertensi berhubungan dengan stroke hemoragik dan gagal ginjal.
• Hiperkolesterolemia
• Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan dimana ditemukan adanya kelebihan lemak dalam tubuh.
• Hiperglisemia (DM)
Individu dengan DM mudah terjadi penyakit yang berhubungan dengan aterosklerosis, dan diyakini bahwa lebih dari dua pertiga kematian pasien DM akibat penyakit arterial. Pada satu penelitian (Helsinki policeman study) untuk setiap faktor risiko dan pada setiap tingkatan risiko, angka kematian penyakit jantung koroner 3x lipat lebih tinggi pada pasien DM daripada individu normal.
3. Faktor perilaku
• Kurang gerak (sedentary)
• Stress
• Jenis Personality (Tipe A dan B).
v Tahap Pencegahan Penyakit
A. Pencegahan Primordial
1. Menurunkan kadar kolesterol darah.
2. Menurunkan tekanan darah.
3. Berhenti merokok.
4. Menurunkan berat badan.
5. Berolah raga secara teratur.
B. Pencegahan Tingkat Pertama
· Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Pada tahap pencegahan ini, dilakukan pada saat masih sehat.Tidak hanya untuk mengantisipasi penyakikit aterosklerosis saja tetapi juga penyakit-penyakit yang lain.Karena upaya ini bertujuan agar kondisi kesehatan tetep terjaga.Promosi kesehatan yang dilakukan adalah member penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan, olahraga secara teratur, menyeimbangkan pasokan gizi dalam tubuh, melakukan pemeriksaan secara berkala, dan pegetahuan secara genetis tentang riwayat penyakit.
· Specific Protection (Perlindungan Khusus)
Tahap pencegahan ini lebih dikhususkan kepada yang telah berisiko tinggi terhadap penyakit.Sepeti ateroklerosis adalah salah satu dari penyakit jantung, sehingga bagi yang beresiko tinggi terhadap penykit jantung diharapkan untuk bisa menghindari hal-hal yang bisa meninggalakan kebiasaan-kebiasaan seperti morkok,menjaga kolesterol, tekanan darah darah dan diabetes di bawah kontol dngan sering berkonsultasi dengan dokter.
C. Pencegahan Tingkat kedua
· Early Diagnosis and Prompt treatment(Diagnosis dan Pengobatan segera)
Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis.komplikasi yang terjadi adalah, terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis.Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis:
o ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki danlengan.
o Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena.
o Skening ultrasonik Duplex.
o CT scan di daerah yang terkena.
o Arteriografi resonansi magnetik.
o Arteriografi di daerah yang terkena.
o IVUS (intravascular ultrasound).
Pengobatan bisa dilakukan denagan memberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya colestyramine, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin).Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.
· Disability Limitation(Pembatasan Disabilitas)
Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan otot dan jaringan kulit untuk berkontraksi atau salah satu organ sudah tidak dapat berfungsi sempurna, mungkin dapat dilakukan pengobatan selanjutnya.Seperti:
ü pembedahan Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.
ü Enarterektomi merupakan suatu untuk mengangkat endapan.
ü Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
ü Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah, biasanya diberi obat untuk melarutkan gumpalan ke dalam arteri sampai gumpalan itu kembali normal.
ü Penggunaan Angiography. Dengan cara memasukkan catheter kecil ke dalam arteri dan di celup, dan kemudian sumbatan tersebut di tolong dengan sinar X.
D. Pencegahan Tingkat ketiga
· Rehabilitation(Rehabilitasi)
Rehabilitasi pengobatan yang spesifik ditentukan berdasarkan :
ü Usia, kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan.
ü Perluasan dari penyakit tersebut
ü Daerah yang mengalami sumbatan
ü Tanda-tanda dan gejala-gejala yang dialami pasien
ü Riwayat kesehatahan dan pengobatanan seseorang terkait dengan sensivitasnya terhadap terapi&prosedur pengobatan yang pernah dialami
ü Arah yang di harapkan untuk penyakit ini ke depannya.
ü Pendapat atau pilihan.
Rehabilitasi yang dilakukan adalah penerapan perilaku sehat dalam keseharian, pasokan gizi yang sesuai, menghindari makanan-makanan yang tinggi kolesterol, pemeriksaan secara berkala, dan psikoterapi untuk mengendalikan.
2. PENYAKIT ALZHEIMER
• kolesterol tinggi
• Obesitas
• Kurang kualitas tidur atau kurang tidur
• Liver
• Kepala cedera
• Toxic ke otak
3. PENYAKIT MENINGITIS
Berikut merupakan faktor-faktor resiko yang membuat seseorang rentan dapat terinfeksi meningitis:
1. Neonatus dan balita
2. Usia lanjut
3. Peminum alcohol
4. Penderita immunocompromissed
5. Pasien cedera kepala
6. Pasien tuberkulosis(komplikasi kepada meningitis tuberkulosa
Faktor predisposisi meningitis:
1. Sepsis
2. Kelainan pada penekanan reaksi imunologik, contohnya agamaglobulinemia
3. Pemirauan (shunting) ventrikel
4. Pungsi lumbal dan anestesi spiral
5. Infeksi parameningea
4. PENYAKIT THALASEMIA
Faktor resiko terjadinya penyakit thalasemia antara lain :
Frekuensi pembawa atau carrier penyakit ini (punya gen rusak tapi tidak sakit) di masyarakat indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 5 %. Penderita thallasemia akan lahir dari suami istri yang dua duanya carrier thallasemia, sehingga timbul ide pre-marital screening (pemeriksaan sebelum nikah) untuk thallasemia, yang sering menjadi masalah adalah apabila orang sudah mau menikah dan ketahuan punya bawaan thallasemia maka apabila pernikahan tidak mungkin dibatalkan sangat dianjurkan untuk tidak mempunyai anak.
5. PENYAKIT IKTERUS NEONATORUM
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:
a. Faktor Maternal
· Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
· Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
· Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
· ASI
b. Faktor Perinatal
· Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
· Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
c. Faktor Neonatus
· Prematuritas
· Faktor genetic
· Polisitemia
· Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)Rendahnya asupan ASI
· Hipoglikemia
· Hipoalbuminemia
6. PENYAKIT BATU EMPEDU
Faktor resiko penyakit batu empedu antara lain :
1. Perempuan memiliki risiko lebih tinggi terkena batu empedu.
Hal ini karena perempuan dianggap memiliki kecenderungan indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan tidak banyak bergerak dibandingkan laki-laki. Meskipun begitu, bukan berarti laki-laki menjadi kebal terhadap munculnya batu empedu. Oleh karena itu, perempuan dianjurkan untuk lebih banyak bergerak dan memantau indeks massa tubuh sebagai salah satu langkah pencegahan terjadinya batu empedu.
2. Usia
Usia turut berperan dalam peningkatan risiko batu empedu. Seseorang yang berusia 55 tahun atau lebih, akan mengalami peningkatan risiko terkena batu empedu. Hal ini disebabkan oleh fungsi tubuh, seperti sistem pencernaan, menurun seiring dengan bertambahnya usia, serta kurangnya aktivitas fisik dan olahraga ketika seseorang bertambah tua.
3. Berat Badan dan Kolesterol
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko terkena batu empedu. Tidak memantau asupan makanan berlemak dan berkolesterol akan membuat tubuh bekerja lebih keras untuk mencernanya. Karena batu empedu terbentuk dari kolesterol, maka penting untuk mengontrol apa yang kita makan dan mempertahankan berat tubuh yang ideal serta sehat.
4. Operasi Bypass Lambung (Gastric Bypass Surgery)
Seseorang yang telah menjalami operasi bypass lambung dan yang mengalami penurunan berat badan secara drastis memiliki risiko lebih besar terkena batu empedu. Hal ini disebabkan penurunan area untuk pencernaan dan membuat perut lebih keras bekerja.
5. HDL
Perempuan dan laki-laki yang memiliki kadar kolesterol HDL dan trigliserida yang tinggi memiliki risiko lebih tinggi terkena batu empedu.
6. Kondisi Kesehatan Perut
Kondisi perut dan penyakit tertentu akan meningkatkan risiko seseorang terkena batu empedu. Perut yang tidak dapat bekerja dengan baik adalah perut yang memiliki masalah dalam mencerna makanan. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kondisi ini adalah Crohn’s disease.
7. Riwayat Keluarga
Genetika juga memiliki peran dalam meningkatkan risiko terjadinya batu empedu. Jadi, riwayat keluarga juga perlu diperhatikan jika seseorang ingin melakukan langkah-langkah pencegahan batu empedu seperti dengan melakukan diet sehat, mengendalikan berat badan, dan melakukan aktivitas fisik yang cukup.
8. Hormon Estrogen
Perempuan yang mengambil pil KB atau terapi hormon estrogen dalam dosis tinggi setelah menopause cenderung mengalami peningkatan risiko terkena batu empedu.
9. Ras
Penduduk asli Amerika dan orang Hispanik memiliki kecenderungan lebih tinggi terkena batu empedu.
10. Kondisi Tertentu
Kondisi tertentu seperti kehamilan, anemia sel sabit, sirosis, anoreksia, dan bulimia dapat berkontribusi terhadap pembentukan batu empedu.
11. Gaya Hidup
Gaya hidup yang tidak sehat, yang tidak melakukan diet sehat serta jumlah aktivitas fisik harian yang terbatas akan mempertinggi risiko terjadinya batu empedu.
7. PENYAKIT BRONKHITIS KRONIK
Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya bronchitis kronis,diantaranya :
a. Rokok Rokok
adalah penyebab utama timbulnya bronkitis kronik. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik.Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasi epitel skuamus saluran pernafasan. Juga dapat menyebabkanbronkokontriksi akut.b.InfeksiInfeksi menyebabkan
kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanya pun lebihberat. Infeksi saluran pernafasan bagian atas pada seorang pasien brokitis kronik hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabakan kerusakan paru bertambah.Diperkirakan eksaserbasi bronkitis kronis palingsering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksisekunder oleh bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah H.influinzae dan S. pnemoniae.
b. Polusi
Insidensi dan angka kematian bronkitis kronik diperkirakan lebih tinggi didaerahindustri. Sebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengarunyatetapi bila ditambah merokok, resiko akan lebih tinggi. Eksaserbasi akut padabronkitis sering ditimbulkan oleh polusi SO yang tinggi, sedangkan NO dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas kecil (bronkiolitis).
d.Faktor genetik
Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit paru kronik, terbukti pada surveiterakhir didapatkan bahwa anak-anak dari orang tua yang merokok mempunyaikecenderungan mengalami penyakit paru kronik lebih sering dan lebih berat, sertainsidensi penyakit paru kronis pada kelompok tersebut lebih tinggi.
e. Faktor Sosial Ekonomi
Bronkitis kronik lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah,mungkin karena perbedaaan pola merokok, dan lebih banyak terpajan faktor resiko lain. Kematian pada pasien bronkitis kronik ternyata lebih banyak padagolongan sosial ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor lingkungan danfaktor ekonomi yang lebih jelek.
f. Lingkungan Kerja
Bronkitis kronik lebih sering terjadi pada pekerja yang terpajan zat inorganik,debu organik atau gas yang berbahaya. Pekerja yang terpajan zat tersebutmempunyai kemungkinan bronkitis kronik 2-4 kali lebih banyak dari pada yangtidak terpajan. Secara epidemiologi didapatkan penurunan fungsi paru padapekerja-pekerja tersebut, seperti pekerja pabrik platik, katun dan lain-lain
8. Penyakit Aortic Dissection
Faktor-Faktor Risiko Untuk Aortic Dissection
· Tekanan darah tinggi (hipertensi)
· Marfan Syndrome
· Ehlers-Danlos syndrome
· Polycystic kindey disease
· Penggunaan Cocaine
· Kehamilan
9. PENYAKIT LEGIONNAIRE
Faktor resiko terjadinya penyakit Legionnaire:
· Merokok sigarret
· Penyakit tertentu (misalnya gagal ginjal, kanker, diabetes atau penyakit paru obstruktif menahun)
· Penderita gangguan sistem kekebalan akibat kemoterapi, kortikosteroid atau penyakit (misalnya kanker dan leukemia)
· Alkoholik
· Usia pertengahan atau usia lanjut
10. PENYAKIT PULMONARY EMBOLUS
Faktor-Faktor Risiko Untuk Pulmonary Embolus (Bekuan Darah Pada Paru)
· Ketidakaktifan yang lama seperti istirahat, perjalanan-perjalanan mobil atau pesawat terbang yang panjang
· Operasi baru-baru ini
· Patah-patah tulang
· Penggunaan pil-pil pencegah kehamilan (terutama jika pasien merokok sigaret)
· Kanker
B. PENYAKIT YANG TERMASUK DALAM SPECIAL INTEREST, BANYAK MENYEBABKAN MASALAH KESEHATAN TAPI JARANG FREKUENSINYA (JUMLAHNYA)
1. PENYAKIT ASAM URAT
Ada beberapa hal yang bisa dikenali sebagai faktor risiko serangan asam urat atau disebut juga gout. Beberapa ciri orang yang punya faktor risiko mengalami serangan gout seperti dikutip EmedTV, Selasa (8/1/2011) adalah sebagai berikut.
1. Pria
1. Pria
Asam urat sering dianggap sebagai penyakitnya pria. Anggapan ini ada benarnya, sebab wanita lebih banyak memproduksi hormon esterogen yang mampu mencegah pembentukan asam urat. Sekitar 98 persen serangan asam urat pada wanita hanya terjadi pada usia menopause.
2. Penggemar seafood
Asam urat merupakan penyakit radang yang dipicu oleh pengkristalan asam urat (uric acid). Asam ini merupakan sisa metabolisme purin, yakni senyawa alami yang terdapat dalam beberapa jenis makanan, misalnya jeroan dan seafood.
3. Peminum alkohol
3. Peminum alkohol
Selain makanan, jenis minuman tertentu juga kaya akan kandungan purin. Salah satunya adalah minuman keras beralkohol.
4. Pemilik tubuh gemuk
Jaringan tubuh yang lebih banyak pada orang gemuk membuat proses penguraian purin menjadi asam urat lebih cepat sehingga mudah mengalami penumpukan. Jika tidak diimbangi dengan banyak minum air putih, maka risiko untuk terkena penyakit asam urat akan semakin tinggi.
5. Keluarga penderita asam urat
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko serangan asam urat. Sekitar 18 persen penderita asam urat memiliki riwayat penyakit yang sama pada salah satu anggota keluarganya, entah dari orang tua maupun kakek-neneknya.
2. PENYAKIT REMATIK
Rematik merupakan penyakit yang berhubungan dengan radang pada sendi dengan faktor resiko antara lain :
1. Autoimun, artinya karena salah satu unsur tubuh yang ditol;ak dan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang berakibat ke arah rematik.
2. Infeksi oleh bakteri
3. Degenerasi, artinya perkembangan sel yang menurun biasanya pada usia tua
Selain berdasarkan pada 3 faktor tersebut masih banyak faktor lain yang dapat menyebabkan rematik salah satu diantarnya adalah kegemukan hal ini disebabkan karena timbunan lemak ditubuh bisa membabebani persedian panggul,pinggang dan (terutama lutut).Karena itu disarankan utuk lebih sering berolah raga agar dapat mengurangi. Berdasarkan pada riset yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa 78 persen penduduk perkotaan berpotensimengidap rematik, hal ini kemungkinan dikarenakan gaya hidup yang kurang sehat,kurangnya olah raga serta kebiasaan masyrakat perkotaan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kolesterol.
Selain berdasarkan pada 3 faktor tersebut masih banyak faktor lain yang dapat menyebabkan rematik salah satu diantarnya adalah kegemukan hal ini disebabkan karena timbunan lemak ditubuh bisa membabebani persedian panggul,pinggang dan (terutama lutut).Karena itu disarankan utuk lebih sering berolah raga agar dapat mengurangi. Berdasarkan pada riset yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa 78 persen penduduk perkotaan berpotensimengidap rematik, hal ini kemungkinan dikarenakan gaya hidup yang kurang sehat,kurangnya olah raga serta kebiasaan masyrakat perkotaan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kolesterol.
3. PENYAKIT ASMA
Berbagai faktor yang dapat memengaruhi terjadinya serangan asma, kejadian asma, berat ringannya asma, dan kematian akibat asma antara lain :
1. Jenis kelamin
2. Usia
Umumnya gejala seperti asma pertama kali timbul pada usia muda, yaitu pada tahun- tahun pertama kehidupan.
3. Riwayat atopi (alergi)
Laporan dari Inggris; anak usia 16 tahun dengan riwayat asma atau mengi, akan terjadi serangan mengi 2x lipat lebih banyak jika anak pernah mengalami hay fever, rinitis alergi, atau eksema. Beberapa laporan juga membuktikan bahwa sensitisasi alergi terhadap alergen inhalan, susu, telur, atau kacang pada tahun pertama kehidupan, merupakan prediktor timbulnya asma.
4. Lingkungan
Beberapa alergen yang dapat meningkatkan risiko menderita asma pada anak antara lain: serpihan kulit binatang piaraan, tungau debu rumah, jamur, dan kecoa.
5. Ras
Prevalensi asma dan kejadian serangan asma pada ras kulit hitam lebih tinggi daripada kulit putih (Steyer, dkk., 2003).
6. Asap rokok
Prevalensi asma pada anak yang terpajan asap rokok lebih tinggi daripada anak yang tidak terpajan asap rokok.
7. Outdoor air pollution
Beberapa partikel halus di udara seperti: debu di jalan raya, nitrat dioksida, karbon monoksida, atau SO2, diduga berperan meningkatkan gejala asma, namun belum didapatkan bukti yang disepakati.
8. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi RSV (respiratory syncytial virus) merupakan faktor risiko yang bermakna untuk terjadinya mengi di usia 6 tahun. Sedangkan infeksi virus berulang yang tidak menyebabkan infeksi saluran pernafasan bawah dapat memberikan anak proteksi terhadap asma.
4. PENYAKIT THYROIDITIS
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan kesempatan seseorang mengembangkan gangguan tiroid antara lain :
· memiliki masalah tiroid sebelumnya, seperti operasi gondok atau tiroid
· memiliki riwayat keluarga penyakit tiroid
· memiliki penyakit autoimun lainnya termasuk sindrom Sjögren, anemia pernisiosa, tipe 1 diabetes, rheumatoid arthritis, atau lupus
· memiliki sindrom Turner, kelainan genetik yang mempengaruhi anak perempuan dan perempuan
· lebih tua dari 60
· telah hamil atau melahirkan bayi dalam 6 bulan terakhir
· telah menerima radiasi tiroid atau ke leher atau dada
5. PENYAKIT USUS BUNTU
Ada beberapa faktor resiko bagi seseorang terserang penyakit ini yakni:
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan struktur.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.
Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asin, Begitu pula terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut. Seseorang yang mengalami penyakit cacing (cacingan), apabila cacing yang beternak didalam usus besar lalu tersasar memasuki usus buntu maka dapat menimbulkan penyakit radang usus buntu.
6. PENYAKIT HIPOTENSI
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa terjadinya penurunan tensi darah, hal ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
v Kurangnya pemompaan darah dari jantung. Semakin banyak darah yang dipompa dari jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung), semakin tinggi tekanan darah. Seseorang yang memiliki kelainan/penyakit jantung yang mengakibatkan irama jantung abnormal, kerusakan atau kelainan fungsi otot jantung, penyakit katup jantung maka berdampak pada berkurangnya pemompaan darah (curah jantung) keseluruh organ tubuh.
v Volume (jumlah) darah berkurang. Hal ini dapat disebabkan oleh perdarahan yang hebat (luka sobek,haid berlebihan/abnormal), diare yang tak cepat teratasi, keringat berlebihan, buang air kecil atau berkemih berlebihan.
v Kapasitas pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah (dilatasi) menyebabkan menurunnya tekanan darah, hal ini biasanya sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh panas, diare, obat-obat vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat ACE).
7. PENYAKIT AMANDEL
Faktor risiko untuk amandel meliputi :
· Usia muda. Amandel paling sering terjadi pada usia prasekolah hingga pertengahan remaja.
· Sering terkena kuman. Anak usia sekolah berada dalam kontak yang dekat dengan teman sebayanya dan sering terkena virus atau bakteri yang dapat menyebabkan amandel.
8. PENYAKIT MANDUL
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses tersebut sehingga bisa terjadi kemandulan:
a. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen. Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah pada suhu 33,5? (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
b. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali. Jika di dalam semen tidak terdapat fruktosa (gula yang dihasilkan oleh vesikula seminalis) berarti tidak terdapat vas deferens atau tidak terdapat vesikula seminalis atau terdapat penyumbatan pada duktus ejakulatorius.
c. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum. Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.
d. Ejakulasi retrograd terjadi jika semen mengalir melawan arusnya, yaitu semen mengalir ke dalam kandung kemih dan bukan ke penis.
9. PENYAKIT MAAG
Faktor Risiko dari penyakit maag yaitu :
Disiplin ilmu kesehatan masyarakat mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya sakit maag. Faktor risiko penyakit maag adalah pola makan yang tidak teratur, stres berat, konsumsi alkohol, dan minum kopi berlebihan. Karena itu, seseorang yang sudah terkena penyakit maag, maka pantang baginya mengonsumsi makanan yang pedas, asam, bersantan, serat tinggi, dan daging kambing karena dapat meningkatkan produksi asam lambung.
Stres berat dapat menyebabkan penyakit maag karena dapat mendorong lambung menghasilkan asam secara berlebihan. Sakit maag juga disebabkan makan tidak teratur atau sering terlambat makan, sering mengonsumsi minuman beralkohol atau berkafein. Kesemuanya itu menyebabkan gangguan fungsi lambung. Untuk mengatasinya, biasanya dokter akan meresepkan obat anti gangguan lambung berupa antasida dan magasida yang sifatnya meringankan serangan sakit maag tapi tidak menghilangkan penyebab gangguan fungsi lambung. Namun bila konsumsi obat-obatan terus-menerus dapat memicu munculnya batu pada saluran kemih.
Lambung memproduksi asam lambung secara teratur untuk membantu mencerna makanan. Prinsip pola makan teratur dapat mengurangi gangguan lambung sambil mengurangi asupan lemak, dan rutin berolahraga. Jadwal makan yang tidak teratur menyebabkan lambung sulit beradaptasi sehingga mengakibatkan terjadi iritasi dinding mukosa pada lambung. Ketika tubuh membutuhkan asupan makanan, maka produksi asam lambung akan meningkat. Jika asam lambung terproduksi secara berlebih maka akan menyebabkan masalah serius pada lambung. Jenis makanan yang patut dikurangi adalah makanan yang merangsang asam lambung, seperti durian, kopi, keju, makanan yang terlalu pedas, dan yang banyak mengandung gas.
10. PENYAKIT OBESITAS
Faktor resiko terjadinya obesitas antara lain:
· Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
· Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
· Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
C. PENYAKIT YANG TERMASUK AKAN MENJADI PERHATIAN YANG AKAN DATANG
1. PENYAKIT LABIOSKIZIZ
Faktor Resiko Penyakit Labioskiziz antara lain :
Banyak factor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. Factor tersebut antara lain, yaitu :
1. Faktor Genetik atau keturunan
Dimana material genetic dalamkromosom yang mempengaruhi.Dimana dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiridari 22 pasangkromosom non-sex (kromosom 1 s/d 22) dan 1 pasangkromosom sex (kromosom X dan Y) yang menentukanjeniskelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atauSindromaPataudimanaada 3 untaikromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah kromosom pada tiap selnyaa dalah 47 Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil, kekuranganasamfolat.
3. Radiasi
4. Terjadi trauma padakehamilan trimester pertama
5. Infeksipadaibu yang dapatmempengaruhijanin, contohnyasepertiinfeksi Rubella dansifilis, toxoplasmosis danklamidia.
6. Pengaruhobatteratogenik, termasukjamudankontrasepsi hormonal, akibattoksisitasselamakehamilan, misalnyakecanduan alcohol, terapipenitonin.
7. Multifaktoraldanmutasi genetic.
8. Diplasiaektodermal
2. PENYAKIT KEPUTIHAN
Berikut ada beberapa faktor resiko yang biasa menimbulkan gejala keputihan diantaranya :
1. Bakteri (kuman) Gonococcus, Chlamydia trichomotis,Gandnellavaginalis
2. JamurCandidia
3. Parasityaitu: tri chomonasvaginalis
4. Virus, yaitu : VHS (Virus Herpes Simplex tipe 2- dan HPV (Human Papilloma Virus)
5. Benda asingdalam vagina akanmerangsangproduksicairan yang berlebihan. Padaanak-anak, bendaasingdalam vagina bisaberupabiji-bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing bisa berupa tampon, kondom yang tertinggal di dalam akibat lepas saat melakukan hubungan, cincin pesarium yang di pasang pada penderita hernia organ kandungan (prolaps uteri) atauadanya IUD padaperempuan yang ber-KB.
6. Penyakit organ kandungan, penyakit di organ kandungan misalnya peradangan, tumor, ataupunkanker
7. Penyakit menahun dan kelelahan kronis, kelelahan, kurang darah (anemia), sakit yang telah berlangsung lama, perasaan lemas, kurang gizi, lanjutusia, peranakan turun (prolap uteri), dan dorongan seks yang tidak terpuaskan dapat juga menimbulkan keputihan
8. Gangguan keseimbangan hormone, di pengaruhi oleh stimulasi esterogen. Hormone estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan Coctobacillidoderlein dan ketebalan (proliferasi) selepitelekuamosa vagina sehingga membrane mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi.
9. Fistel di vagina, fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina dengan kandung kencing atau usus, bisa terjadi akibat cacat bawaan, cedera, persalinan, kanker atau akibat penyinaran kanker serviks. Kelainan ini akan menimbulkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur feces atau air kencing, biasanya mudah di kenali karena bau dan warna.
3. PENYAKIT KWASHIORKOR
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hal tersebut diatas antara lain :
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil , ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya (2).
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
4. PENYAKIT SKIZOFRENIA
Faktor resiko penyakit ini termasuk :
1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau impulsivitas.
3. Stress lingkungan
4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang sangat kecil.
5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena dideritanya gangguan ini
Temuan yang penting dari analisa itu adalah bahwa suicide / bunuh diri lebih sering terjadi pada pasien skizofrenia yang mengalami agitasi / gelisah dan mengatakan perasaan tidak bermakna dan tidak punya harapan juga ketika mereka mempunyai sejarah pikiran bunuh diri dan percobaan bunuh diri . Sejarah bunuh diri dalam keluarga juga meningkatkan resiko.
Temuan lain dari studi tersebut :
· Suasana lingkungan pasien skizofrenia berpengaruh pada resiko , mereka yang tinggal sendirian, atau mereka yang tidak tinggal bersama keluarga , meningkatkan resiko bunuh diri
· Kehilangan yang baru dialami ( seperti perceraian atau kematian ) : meningkatkan angka kejadian , meskipun pada penduduk kebanyakan juga dapat terjadi.
· Orang dengan latar belakang pendidikan lebih baik resikonya lebih baik resikonya lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri. Hal ini merefleksikan pemahaman atau ketakutan akan adanya kecacatan mental.
· Kurang taat pada pola pengobatan sangat meningkatkan resiko . Pada banyak pasien penggunaan obat yang mempunyai efek anti psikotik sangat disarankan.
· Alkohol bukan merupakan faktor resiko yang utama pada pasien skizofrenia tetapi penyalahgunaan obat sangat berkorelasi terhadap pengobatan resiko Penyalahgunaan obat bisa terjadi 2 kali lipat dibandingkan dengan populasi pada umumnya.
5. PENYAKIT STOMATITIS (SARIAWAN)
Ada beberapa faktor-faktor risiko penyebab yang dapat mengakibatkan stomatitis diantaranya:
1. Keadaan gigi pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
2. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulser sehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa.
3. Mengkonsumsi air dingin atau air panas.
4. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser.
5. Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa.
6. Kelainan pencernaan.
7. Faktor psikologis (stress).
8. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi
9. Pada penderita yang sering merokok.
10. Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari.
11. Kekurangan vitamin C
12. Kekurangan vitamin B dan zat besi.
6. PENYAKIT INSOMNIA
Ada beberapa faktor resiko insomnia, yaitu:
1. Emosi. Transient dan recurrent insomnia biasanya disebabkan oleh gangguan emosi. Memendam kemarahan, cemas, ataupun depresi bisa menyebabkan insomnia.
2. Kebiasaan. Penggunaan kefein, alkohol yang berlebihan, tidur yang berlebihan, merokok sebelum tidur dan stress kronik bisa menyebabkan insomnia. Faktor lingkungan seperti bising, suhu yang ekstrim, dan perubahan lingkungan atau jet lag bisa menyebabkan transient dan recurrent insomnia.
3. Usia di atas 50 tahun
4. Jenis kelamin. Insomnia lebih banyak menyerang wanita ( 20-50% lebih tinggi daripada pria ). Wanita lebih sering menderita insomnia karena siklus mentruasinya. 50% wanita dilaporkan menderita kembung yang mengganggu tidurnya 2-3 hari di setiap siklusnya. Peningkatan kadar progesteron menyebabkan rasa lelah pada awal siklus.
5. Episode insomnia sebelumnya.
6. Penyakit kronis yang menyebabkan nyeri ( misalnya arthritis ), terbatasnya pergerakan ( misalnya Parkinson ), atau kesulitan bernapas ( misalnya COPD )
7. Mengalami gangguan kesehatan mental
8. Mengalami stress
9. Bekerja pada malam hari
10. Mengalami perjalanan jauh
7. PENYAKIT GUSI
Faktor resiko penyakit gusi antara lain :
Merokok. Merokok adalah salah satu faktor risiko paling signifikan yang terkait dengan perkembangan penyakit gusi. Selain itu, merokok dapat menurunkan kemungkinan keberhasilan untuk pengobatan.
Perubahan hormonal pada anak perempuan. Perubahan ini dapat membuat gusi lebih sensitif dan membuatnya lebih mudah untuk terkena radang gusi. Diabetes. Penderita diabetes beresiko tinggi untuk berkembangnya infeksi, termasuk penyakit gusi.
Ada ratusan obat resep dan non-resep yang mengurangi aliran air liur, yang memiliki efek perlindungan pada mulut. Tanpa air liur yang cukup, mulut rentan terhadap infeksi seperti penyakit gusi. Dan beberapa obat dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal jaringan gusi, hal ini dapat mempersulit untuk menjaga gusi tetap bersih.
Penyakit seperti kanker atau AIDS dan perawatan mereka juga dapat berdampak negatifterhadap kesehatan gusi.
Beberapa orang lebih rentan terhadap beberapa penyakit karena factor keturunan.
8. PENYAKIT KOLERA/DIARE
Faktor-Faktor yang Meningkatkan Resiko Diare
1. Faktor lingkungan
· Pasokan air tidak memadai
· Air terkontaminasi tinja
· Fasilitas kebersihan kurang
· Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air
· Kebersihan rumah buruk. Misalnya tidak membuang tinja anaak di WC
· Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienes . Misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak.
2. Praktik penyapihan yang buruk
· Pemberian susu eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan dan melalui pemberian susu melalui botol
· Berhenti menyusui sebelum anak berusia setahun
3. Faktor individu
· Kurang gizi
· Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. Misalnya, diare lebih lajim terjadi pada anak-anak, baik yang mengidap campak atau yang mengalami campak.
4. Produksi asam lambung berkurang
5. Gerakan pada usus berkurang yang memengaruhi aliran makanan yang normal (Savitri, 2002)
9. PENYAKIT AMBIEN
Faktor Resiko penyakit ambien antara lain :
1. Usia. Resiko meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi pada usia 60 – 70 an, dan jarang di bawah usia 50 .
2. Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Dengan dihilangkannya polip pada saat ditemukan turut mengurangi resiko terjadinya kanker kolon di kemudian hari.
3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap atau pernah dirawat untuk kanker kolon beresiko untuk mengidap kanker kolon di kemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolorektal.
4. Faktor keturunan :
- Sejarah adanya kanker kolon khususnya pada keluarga dekat.
- Penyakit FAP (Familial Adenomatous Polyposis) – Polip adenomatosa familial (terjadi dalam keluarga); memiliki resiko 100% untuk terjadi kanker kolorektal sebelum usia 40 tahun, bila tidak diobati.
- Penyakit lain dalam keluarga, seperti HNPCC (Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer) – penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun dalam keluarga, atau sindroma Lynch
- Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak diobati.
- Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolorektal dibandingkan bukan perokok.
- Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging dan sedikit buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal.
- Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko lebih rendah untuk terbentuk kanker kolorektal.
- Inveksi Virus. Virus tertentu seperti HPV (Human Papilloma Virus) turut andil dalam terjadinya kanker kolorektal.
10. PENYAKIT TULI
Faktor resiko penyakit tuli antara lain :
Infeksi virus
Ketulian mendadak sensorineural ditemukan pada kasus-kasus penyakit MUMPS, measles, rubella, dan influenza yang disebabkan oleh infeksi adenovirusdan sitomegalovirus (CMV). Pemeriksaan serologis terhadap pasien denganketulian sensorineural idiopatik menunjukkan adanya peningkatan titer antibodyterhadap sejumlah virus. Antara 25-30 % pasien dilaporkan dengan riwayatinfeksi saluran nafas atas dengan kurang satu bulan onset kehilanganpendengaran.Pemeriksaan histopatologi tulang temporal pasien yang mengalamiketulian mendadak menunjukkan adanya atrofi organ corti, atrofi stria vaskularisdan membran tektorial serta hilangnya sel rambut dan sel penyokong dari koklea.
Gangguan Sirkulasi
Iskemia koklea diperkirakan merupakan penyebab tuli mendadak yangtersering. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena spasme, trombosis atauperdarahan arteria auditiva interna. Pembuluh darah koklea merupakan ujungarteri (end artery), sehingga bila terjadi gangguan pada pembuluh darah ini kokleasangat mudah mengalami kerusakan, Pada kasus emboli, trombosis, vasospasme,dan hiperkoagulasi atau viskositas yang meningkat terjadi iskemia yang berakibat degenerasi luas pada sel-sel ganglion stria vaskularis dan ligament spiralis.Kemudian diikuti oleh pembentukan jaringan ikat dan penulangan.
Ruptur membran labirin
Ruptur membran labirin berpotensial menyebabkan kehilanganpendengaran sensorineural yang tiba-tiba, membran basalis dan membran reissner merupakan selaput tipis yang membatasi endolimfe dan perilimfe. Ruptur salahsatu dari membran atau keduanya dapat menyebabkan ketulian mendadak.
Penyakit autoimun pada telinga dalam
Ketulian sensorineural yang disebabkan oleh proses autoimun telinga dalammasih belum jelas, tapi aktivitas imunologik koklea menunjukkan fakta yangtinggi. (Mathur N Neeraj.2009. Inner Ear, Sudden Hearing Loss.
0 komentar:
Posting Komentar